"Investasi baru kami di Thailand mungkin tidak terjadi jika krisis politik saat ini berlangsung lebih lama," kata presiden Toyota Thailand Kyoichi Tanada di Reuters.
"Untuk investor asing baru, situasi politik mungkin akan memaksa mereka untuk mencari peluang di tempat lain. Bagi mereka yang telah berinvestasi, seperti Toyota, kami tidak akan pergi. Tapi apakah kami akan berinvestasi (lagi), kami tidak yakin," lanjutnya.
Saat ini Thailand merupakan pasar mobil terbesar di Asia Tenggara dan menjadi basis ekspor regional untuk beberapa produsen mobil top dunia seperti Honda Motor Co dan Ford Motor Co.
Jika kerusuhan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, Toyota menurut Tanada mungkin akan memangkas produksinya di Thailand sambil terus menilai situasi.
Sebelumnya di tahun 2013 Toyota memproduksi sekitar 850.000 mobil di Thailand dengan 445.000 unit diantaranya dijual di dalam negeri dan 430.000 kendaraan lain di ekspor. Tahun ini, sebelumnya Toyota menargetkan untuk menjual 400.000 mobil di dalam negeri dan 445.000 mobil untuk ekspor. Namun rencana itu bisa saja kandas.
Terlebih penjualan mobil domestik Thailand turun 7,7 persen menjadi 1,33 juta kendaraan pada tahun 2013, beda tipis dengan penjualan mobil di Indonesia yang mencapai 1,25 juta. Bila Indonesia bisa mengambil manfaat dari kondisi buruk Thailand, maka peluang itu terbuka lebar.
sumber
0 Response to "Akibat Kerusuhan Industri Otomotif Thailand Terombang-ambing"
Post a Comment